![]() |
| Ilustrasi drama china (via Viu) |
Notes: Opini ini pernah dikirim untuk dipublish di media online "Mojok" pada 2021, tetapi ditolak!
Belakangan ini saya lagi mandeg nonton drama Korea (drakor) karena merasa jenuh. Hal itu karena kini saya sedang berada di fase malas mikir. Sedangkan, drakor mulai tersaji dengan genre yang “berat-berat” dan menguras emosi, seperti Byeond Evil, Mouse, hingga The Penthouse. Karena itu pula, saya mulai kembali menonton drama China (selanjutnya disebut drachin) yang saya anggap lebih ringan.
Saya memang sengaja memilih drachin karena mereka lebih banyak menawarkan drama romantis, jadi saya nggak perlu capek-capek mikir. Namun, setelah ratusan jam saya menonton drachin di waktu luang, ternyata saya menyadari sesuatu tentang drama-drama tersebut. Yang mana, kebanyakan drachin dibuat dengan alur yang sama dan terkesan itu-itu saja (dalam konteks drachin romantis).
Setelah menonton belasan judul drachin, saya notice bahwa ternyata drachin sering kali dimulai dengan cerita pertemuan dramatis antara karakter utamanya, yaitu antara si pria kaya yang dingin (biasanya CEO terkenal) dan perempuan biasa saja. Tentu saja, pertemuan keduanya diawali dengan pertengkaran, salah paham dan lain sebagainya.
Seperti di drama Hello Mr. Gu, kedua karakter utamanya, Gu Nan Zhou dan Zhou Jian Cing bertemu dengan kesalahpahaman yang akhirnya membuat Jian Cing ilfeel berat kepada Nan Zhou, bos di perusahaan anime yang dingin dan narsistik.
Dalam drama lain, seperti Perfect and Casual, karakter utama Yun Shu harus makan ati ketika pertama kali bertemu dengan Zhang Si Nian yang ternyata adalah dosen di kampusnya. Hal itu juga digambarkan dalam drama Unforgettable Love, yaitu pertemuan buruk antara dokter anak, Qin Yi Yue dan seorang CEO sebuah perusahaan besar, He Qiao Yan. Yang mana, Qin Yi Yue malah terlibat skandal dengan sang CEO.
Dalam drama-drama bertema sama, di pertemuan pertama tersebut, kebanyakan sang pria akan menuduh si perempuan hanya butuh uang dan ingin menggodanya saja. Sang pria lantas menawarkan sejumlah uang dan meminta sang perempuan berhenti mengganggunya. Kemudian, sang perempuan akan marah-marah dan langsung membenci sikap sombong sang pria.
Setelah pertemuan yang didramitisir tersebut, entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja ada sebuah insiden yang mengharuskan keduanya tinggal bersama. Tampaknya, sang penulis berpikir hanya dengan tinggal bersamalah kesalahpahaman antara keduanya bisa diselesaikan dengan baik-baik, yang tentu saja dengan anggapan bahwa pada akhirnya mereka akan saling mencintai.
Biasanya lagi, hal itu dibarengi dengan plot adanya pernikahan atau pacaran kontrak yang juga diselipkan ke dalam cerita. Jika bukan itu, ada pula kontrak kerja bak budak yang ditandatangani sang karakter perempuan untuk tinggal dan kerja di rumah sang karakter utama pria.
Tentu saja, alasan untuk membenarkan skenario pernikahan atau pacaran kontrak tersebut akan sangat beragam. Seperti drama-drama yang telah saya sebutkan sebelumnya, Hello Mr.Gu sendiri menyajikan kontrak pacaran dengan alasan desakan dari keluarga sang pria yang ingin dirinya segera menikah. Begitu juga dengan Perfect and Casual, karakter Yun Shu dan Zhang Si Nian harus meneken kontrak pernikahan demi sang kakek yang sakit keras dan ingin cucunya itu segera menikah.
Sementara, dalam drama Unforgettable Love, penulis menggunakan plot anak dari CEO He Qiao Yan menderita gangguan psikologis, yaitu kesulitan berbicara yang akhirnya membutuhkan bantuan karakter Qin Yi Yue untuk menyembuhkannya. Ditambah, sang anak ternyata terlanjur lengket dengan Qin Yi Yue dan memanggilnya dengan sebutan ibu. Demi sang anak, sang ayah He Qiao Yan harus membuat kesepakatan pernikahan kontrak dengan sang dokter.
Namun, biasanya sang perempuan tidak langsung menerima tawaran pernikahan kontrak yang disodorkan. Bahkan, mereka terkesan menolak mentah-mentah tawaran tersebut. Akan tetapi, tak lama kemudian ada insiden yang akhirnya membuat sang perempuan mau menerima tawaran pernikahan kontrak tersebut. Biasanya, alasannya nggak jauh-jauh dari butuh uang.
Drama-drama lain yang pada akhirnya juga menggunakan plot yang sama, di antaranya adalah Well Intended Love, Girlfriend, Begin Again dan masih banyak lagi.
Setelah tinggal bersama, akhirnya timbulah benih-benih cinta antara kedua karakter utama. Bak pribahasa Jawa Witing Tresno Jalaran Soko Kulino (cinta tumbuh karena terbiasa), kedua karakter utama akan saling jatuh cinta karena keseringan menghabiskan waktu bersama. Dalam fase ini, kesalahpahaman satu sama lain akan terselesaikan dengan baik. Hingga puncaknya, mereka pun memutuskan untuk benar-benar berkencan.
Akan tetapi, tak selesai sampai di sana. Setelah cukup menyaksikan adegan manis dan penuh kasmaran antara kedua karakter utamanya, kita akan dihadapkan dengan kemunculan second lead female. Kebanyakan, karakter tersebut digambarkan sebagai teman dekat atau pun teman kerja si pria. Dalam fase ini, kebanyakan karakter ini digambarkan sebagai perempuan yang ambisius dan akan melakukan apa pun demi merebut hati sang pria. Pokoknya, sifatnya berbanding terbalik dengan si karakter utama perempuan.
Di situlah akan muncul cobaan-cobaan baru untuk pasangan tersebut. Yang tentu saja, akan terselesaikan dengan baik, karena penonton akan suka dengan alur cerita happy ending karena yang bahagia adalah semuanya.
Meski alur drachin romantis yang terkesan itu-itu saja, ternyata tidak membuat drachin kehilangan popularitasnya. Masih banyak tuh, yang nonton drama-drama tersebut, seperti saya misalnya. Entah kenapa, saya merasa alur yang seperti itu sudah menjadi trade mark-nya drachin. Sehingga, alur drama romantis yang ringan tersebut malah membuat saya ketagihan. Beda lagi jika drakor menyajikan tema serupa, tentu banyak penonton protes yang berujung dengan anjloknya rating penonton. Itulah mengapa drakor kini menyajikan lebih banyak tema yang beragam. Bahkan, drama yang benar-benar “romantis” sudah lama ditinggalkan.

Komentar
Posting Komentar