![]() |
| Cerpen Dipan Ini (Canva) |
Aku
terduduk kaku di dipan ini, mataku menerawang jauh ke belakang. Pikiranku
melayang pada peristiwa dua tahun lalu.
“Aku akan pergi!” Suaranya mengejutkanku.
Aku terhenyak, tenggorokanku tercekat. Dia duduk di dipan ini, tangannya menggenggam
erat tepian dipan.
“Kalau kau marah padaku,
ungkapkanlah!” Aku
mendekatinya. Dia menatapku, matanya basah.
“Percuma!!” Suaranya mengeras. “Cukup sampai di sini, aku tak pernah mengharapmu!” Teriaknya parau. Mataku
terbelalak tak percaya. Dia memalingkan wajahnya.
“Apa maksudmu? katakan padaku bahwa
kau bergurau!” Teriakku
gusar. Mataku mulai berkaca-kaca. “Aku
tak mengerti, kenapa aku harus pergi? Aku takkan pernah meninggalkanmu.” kataku lirih.
“Kau memang tak pergi
meninggalkanku, tapi aku yang pergi..!” suaranya meninggi. Aku menggeleng tak
percaya. “Aku
akan menyusul ayah dan ibu…” Suaranya
merendah. Kurasakan tubuhku
melemah dan tangisku pecah.
Di
dipan ini dia berucap meninggalkanku. Di dipan ini semua kenangan tentangnya
tersimpan. Aku beranjak dari dipan ini untuk meninggalkannya dan semua memori
tentangnya.

Komentar
Posting Komentar